Dan malam ini menjadi sepi. Lalu aku ingin membahas sesuatu yang selalu ada didalam keseharian tetapi mungkin orang tidak terlalu memperhatikannya karena menganggap "barang" ini sudah biasa saja.
Oke, hari ini pukul 21.35 masih dengan nama yang sama Norman Athena, rumah yang sama, motor vespa yang sudah dijual dan semua kegiatan yang berbeda.
Sudah selang 2 tahun lalu sejak tulisan terakhir keluar, yaitu pukul 01.32 pada tanggal 28 bulan Juli 2016.
Semua datang dan pergi, terjadi dan terlewatkan tetapi untungnya blog ini masih ada. Untung saja Blogger di beli Google sejak 2003 jadi saya rasa tidak akan bangkrut atau diblokir seperti media menulis sebelah, hehe.
Beberapa hari ini aku sering menaiki kereta besi panjang yang disambungkan. Sebut saja namanya kereta tetapi lebih rumit peta lintasannya dan lebih banyak armadanya karena ini semacam beberapa trek ular tangga yang digabungkan menjadi satu.
Kereta ini seperti macamnya transjakarta yang sudah baru armadanya dan tidak akan terbakar lagi. semuanya aku lihat sudah cukup baik dan direvitalisasi ulang dengan sistem baru dan lebih rapi.
Semua tulisan ini aku buat berdasarkan sudut pandangku mengenai media transportasi massal ini, bagaimana pribadi orang-orang yang menaikinya,latar belakang apa yang membuat mereka menaikinya dan tentunya sedikit membahas kereta kebanggaan masyarakat jabodetabek ini yang agak sesak menurut saya di suatu waktu. Tentunya saya mengambil informasi spesifik dari website Commuter line dan website penyedia informasi sebelah.
Lokomotif "Bonbon" cikal bakal KRL Jabodetabek
Menurut sumber yang aku baca kereta listrik sudah ada di batavia sejak 1925. rencana pembangunannya sudah digaungkan sejak 1917. pada tahun 1923 sudah dilakukan elektrifikasi (semacam pembuatan sistem) dan pembangunan selesai pada tahun 1924.
Perusahaan kereta apinya masih milik pemerintah Hindia Belanda, namanya Staatsspoorwegen (SS). Dan tahun 1925 lahirlah trek kereta listrik pertama dengan jalur Tanjoeng Priok - Meester Cornelis (jatinegara)
Kebanyakan memang produk yang dipakai itu asalnya dari eropa yaitu Jerman dan Belanda, tidak seperti sekarang kebanyakan asalnya itu dari Jepang, Korea tetapi masih didominasi kebanyakan oleh Jepang. satu hal lagi yg perlu diperhatikan bahwa rata-rata rangkaiannya adalah bekas East Japan Railway Company.
Walau begitu aku tetap bangga menggunakannya, terlebih lagi sistemnya sudah lebih baik dari masa-masa dahulu. Apalagi kalau ada yang naik di atas kereta, aku takut.
Semua selalu terekam dalam ingatan, baik kesan kalian untuk saya dan semoga kesan saya untuk kalian.
Salah satu armada Commuter Line Jabodetabek
Dan tidak terasa aku terhipnotis keindahan kereta. Mungkin bisa dibilang keretamania, seperti fans bus yakni busmania. Tetapi aku tidak ingin membahas tentang kereta seumur hidupku.
Aku menulis cerita karanganku sendiri ini dengan lagu Adhitia Sofyan, selalu. karena memang menenangkan. Aku hanya memberitahu saja, bagi yang ingin tanya. Walaupun sampai saat ini belum ada yang menanyakan.
Aku selalu senang jalan-jalan. aku senang melihat lampu-lampu ibukota, senang berdesak-desakan walaupun tidak ingin setiap hari seperti itu. Makanya aku menyebut "mereka" yang bisa melakukannya setiap hari itu adalah pejuang. Bisa pejuang apa saja. Pejuang keluarganya, pejuang istrinya, pejuang usaha dan karyawannya, pejuang hatinya, pejuang bangsa, pejuang kereta api, pejuang orang yang sakit, pejuang apapun yang melakukannya dengan sepenuh hati.
Tapi aku sedih.
Tapi aku sedih.
Aku menaiki kereta. Berdesak-desakan. Melihat orang lain. Ada yang tua ada yang muda. Ada lelaki ada wanita. Ada yang mau berbagi dan ada yang tidak. Sampai suatu saat ada, sebenarnya tepatnya kemarin. Ada wanita lanjut usia menaiki kuda besi panjang ini. memang keadaannya pada waktu padat dimana semua orang ingin segera pulang. Oke, aku tahu semua punya kepentingan. Semua orang buru-buru ingin segera istirahat, bertemu dengan keluarga tetapi saat wanita lanjut usia ini naik, tidak ada orang yang menawarkan tempat duduk kepadanya.
Mungkin semua orang tidur. memenjamkan mata. mungkin pura-pura tidur. mungkin, mungkin...
Aku merasa sedih waktu itu tetapi aku hanya bisa diam. karena aku tidak bisa menawarkan posisi berdiriku kepadanya. ya jelas saja, aku berdiri dan dia juga begitu.
Aku merasa sedih waktu itu tetapi aku hanya bisa diam. karena aku tidak bisa menawarkan posisi berdiriku kepadanya. ya jelas saja, aku berdiri dan dia juga begitu.
Aku berdiri dari Stasiun Manggarai menuju ke Stasiun Bojong Gede. Dan aku ingat wanita itu turun di Stasiun Citayam. Untung saja ada lelaki kisaran umur 30 tahunan membantunya. Bukan memberikan tempat duduknya karena dia pun juga berdiri. Jadi yang dia lakukan adalah mengingatkan orang yang duduk untuk memberikan tempatnya ke wanita itu. Dalam hatiku senang, begitu juga dengan orang yang ada disekitarku karena saat wanita itu naik, semua berusaha memberikan jalan dan inginnya (kalau bisa) juga tempat duduk, tapi sayang tidak bisa.
Aku tahu semua orang punya kepentingan, semua orang buru-buru. Tetapi tolong coba diperhatikan, sesibuk apapun kita, sepenting apapun urusan kita, seburu-buru apapun waktu kita. Tidak ada salahnya memanusiakan manusia ditengah padatnya ibukota.
Karena kalau tidak kita yang membuat diri kita nyaman, atau membuat nyaman orang lain di Ibukota, Siapa lagi?
Karena kalau tidak kita yang membuat diri kita nyaman, atau membuat nyaman orang lain di Ibukota, Siapa lagi?
Tampak depan Commuter Line Jabodetabek
Semua selalu terekam dalam ingatan, baik kesan kalian untuk saya dan semoga kesan saya untuk kalian.
Source :
Pemikiran sadar dan perasaan dari hati
http://www.krl.co.id/
https://id.wikipedia.org/wiki/KRL_Commuter_Line
0 comments:
Post a Comment